Liburan ma anak anak

Rabu, 23 Juni 2010

Natal Putih Impian

Epoch Times Minggu, 20 Desember 2009

alt

Musim Salju di Kota Munich, Jerman. (AFP/GETTY IMAGES)

Terkadang ketika angin dingin dari Pegunungan Victorian Alps yang diselimuti salju berhembus dingin hingga menusuk tulang, terbesit ingatan saya akan Kota Munich saat Hari Natal. Serpihan salju yang jatuh dengan lembut, musik dan gelak tawa, makanan lezat, sinar lampu dan tempat tidur yang hangat dan nyaman.

Munich merupakan kota penting yang mengagumkan, rumah-rumah flat berhimpitan dengan bangunan perkantoran moderen, bangunan berarsitektur klasik, museum-museum kelas dunia dan taman-taman yang indah.

Ada banyak hal yang dapat dilakukan dan dinikmati di Kota Munich, akan tetapi ada satu hal yang tidak boleh dilewatkan yakni berkunjung ke salah satu museum bir yang terkenal di dunia. Semua orang pasti mengenal bir buatan Bavaria yang sangat istimewa. Terbuat dari resep tradisional yang sangat kuno, tidak mengandung bahan-bahan kimia. Kata orang inilah yang menyebabkan orang tidak bakal merasa sakit kepala akibat mabuk pada keesokan harinya.

Marienplatz adalah sebuah lapangan yang terletak di jantung kota, di sini juga terdapat stasiun utama kereta api (Hauptbahnhof) juga kereta api bawah tanah. Naik kereta dari sini dapat menghubungkan kota-kota utama di Jerman. Marienplatz merupakan tempat interaksi sosial penduduk kota, juga tempat dimana Balai Kota Baru yang bergaya Neo Gothic (Neues Rathaus) berada. Disana setiap hari pukul 11.00 terdapat atraksi turis dua tarian boneka Glockenspiel.

Hal lain yang "harus dilakukan" di Munich adalah ice skating. Gratis dan latihan yang sangat menyenangkan.

Pada tahun ini ketika sebagian Sungai Isar membeku, penduduk lokal ramai-ramai bermain ice skating disana. Para ibu muda juga bermain skating sambil mendorong kereta bayi mereka dan asyik bercakap-cakap dengan yang lainnya. Sebagian dari lapangan es itu diberi pita pembatas untuk arena bermain hockey es, sebuah olahraga musim dingin yang sangat populer.

alt

Bagi penggemar ski, direkomendasikan lereng Gunung Zugspitze di Alpen Bavaria. Zugspitze terletak 2960 meter di atas permukaan laut dan merupakan puncak tertinggi di Jerman, dan sekitar 40 km dari Munich. Kami pergi kesana pada salah satu akhir pekan dan setelah memastikan situasinya tepat, salju yang tebal, tidak ada angin dan sinar matahari yang terang.

Pada perayaan tahun baru yang lalu, sebelum tengah malam tiba, kami menaiki bukit yang tertutup salju tebal untuk mencari titik pandang yang tepat kearah Danau Tegensee. Memanggul ransel masing-masing yang penuh dengan kembang api, gelas dan beberapa botol sampanye. Ketika bunyi lonceng tengah malam bergema, danau itu dilingkari dengan lampu-lampu kecil, sekelompok kecil orang mulai menyalakan kembang api mereka.....Tahun baru tiba dengan dipenuhi harapan akan permulaan yang baru.

Mobil-mobil keluaran Mercedes dan BMW ada dimana-mana, sepertinya saya tidak melihat sebuah mobil tua pun. Mereka semuanya terlihat baru, tapi kebanyakan kotor. Ketika salju mulai mencair, terdapat banyak lumpur di jalanan.

Pemerintah Jerman memiliki peraturan yang ketat tentang pencemaran lingkungan, jadi Anda tidak diperbolehkan mencuci mobil Anda dijalan, tetapi harus di tempat pencucian mobil. Selama musim dingin, setiap rumah tangga harus menyingkirkan salju yang ada di pintu depan rumahnya, sekaligus juga bagian jalanan, inilah yang menyebabkan seluruh akses tetap terbuka bagi daerah pinggiran kota.

Gema zaman Nazi masih membayangi Kota Munich. Kamp konsentrasi Nazi pertama berada di Dachau, luar kota Munich. Sekarang telah menjadi situs sejarah dan sebuah pelajaran bagi dunia. Dibuka untuk tempat tahanan politik pada 1933 dan pada 1937 digunakan sebagai kamp kerja paksa dan tempat penyiksaan. Hitler menggunakannya sebagai sebuah tempat percontohan bagi 3.000 kamp konsentrasi lainnya dilokasi yang berbeda. Tempat ini juga digunakan sebagai tempat pelatihan perwira SS.

Era Baru News >> Wisata >> Pariwisata >> Permata Budaya Lorraine , Perancis
Permata Budaya Lorraine , Perancis

Epoch Times Jumat, 01 Januari 2010

alt

Taman kota di depan stasiun kereta penumpang Metz Ville. (FLICKR)

Metz adalah ibukota Lorraine, sebuah kota yang sangat menarik. Terletak di pertemuan Sungai Moselle dan Seille. Sungai-sungai ini bercabang ke berbagai hulu sungai dan dilintasi oleh banyak jembatan. Kota ini memiliki banyak gereja, rumah abad pertengahan dan bangunan bersejarah lainnya. Baik itu kerangka kerja arsitektur maupun area luas untuk pejalan kaki, air dan tanaman berjejer yang mengelilingi kota tua tersebut sangat menyenangkan untuk dilihat.

Place Stanislas, yang biasanya dikenal dengan Place Stan’, merupakan alun-alun besar khusus untuk pejalan kaki yang terletak di Nancy, Lorraine, Prancis. Sejak 1983, Place Stanislas, Place de la Carriere dan Place d’Alliance, ditetapkan sebagai kawasan arsitektur klasik yang masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.

"Metz aux campagnes magnifiques, Riviere aux on-des prolifiques, Coteaux boises, vignes de feu, Cathedrale tout en volute."

Sebuah kutipan yang memuji keindahan Metz disadur dari L’Ode de Metz, 1892 karya penyair lokal terkenal, Paul Verlaine.

Memang nyata terlihat, saya menemukan Metz adalah sebuah kesatuan arsitektur klasik, dari distrik kota tua di abad pertengahan berpadu dengan sisa peninggalan Roma yang mempesona, hingga kota distrik Kekaisaran yang elegan dan gaya arsitektur ala Jerman.

alt

Suasana di dalam stasiun kereta penumpang Metz Ville

Berlokasi di daerah Lorraine, bagian timur laut Prancis, Metz terletak di antara pertemuan Sungai Moselle dan sungai Seille. Saat menaiki Le Petit Train (atau kereta api mini) yang melintasi jantung Metz dan beberapa monumen bersejarah, saya berdecak kagum menyaksikan stasiun kereta api yang megah, tampilan depan museum Cour d’Or yang diapit lukisan-lukisan dinding terpahat, dan permata kota yang bersejarah, gereja katedral St Etiennel. Katedral bernuansa Gothic ini terkenal dengan hiasan jendela kaca yang luas berhiaskan ornamen abad tiga belas hingga dua puluh, sebagian besar adalah rancangan Marc Chagall.

Kemeriahan suasana seni kontemporer Metz seperti penggabungan pekan raya Art Metz dan program seni Nut2Blanche akan terasa lebih hidup dengan dibukanya Centre Pompidou-Metz pada 2010 mendatang. Hal ini merupakan bagian dari fase pertama yang menggabungkan France’s National Museum of Modern Art (Museum Nasional Seni Modern Prancis), Centre Pompidou - Paris, beserta fitur-fitur lain yang koleksinya akan dipamerkan di Metz untuk menghidupkan kembali nuansa sejarah seni sejak 1905.

Sementara itu, saya dapat menyaksikan jajaran Constellation (beragam seni kontemporer program realisasi kota) saat melintasi berbagai situs warisan dan budaya, seperti patung monokrom raksasa bersejarah Anish Kapoor kontras dengan interior sejarah Gereja Trinitaires yang juga diikutsertakan dalam pameran.

"Tables de Rabelais" adalah simbol untuk mencicipi santap malam di Metz yang dianggap sebagai ciri khas hidangan dan produk lokal yang otentik. Saya menikmati sebuah pesta makan dan minum yang mewah ala mirabelle, dari minuman brendi yang telah di saring hingga kue tart mirabelle dan daging ayam khas mirabelle dimasak dengan saus Mirabelle di restoran antik Rabelais.

Sebuah penemuan yang nyata dan mengejutkan adalah bahwa puding kering Lorraine ternyata benar-benar berasal dari daerah Lorraine, ditemukan pada 1956 di kota Nancy.

Sebuah pemandangan menakjubkan adalah ketika menyaksikan Metz di malam hari saat konstruksi bebatuan Jaumont kuning menjadi hidup di bawah sorotan tigabelas ribu cahaya lampu, membuat arsitektur monumen tampak bercahaya. Dari tepi Sungai Moselle, Neuf Temple (kuil Neuf) tampak seperti istana dongeng sementara katedral St. Etienne bersinar di malam hari bagaikan lentera Dewa.

Setengah jam perjalanan kereta api membawa Anda ke ibukota Lorraine, Nancy. Berbeda dengan Metz, Nancy memiliki alun-alun megah dan elegan dengan konstruksi berwarna emas dan putih yang dibangun pada abad kedelapan belas dalam gaya klasik Prancis dipadu hiasan barok. Place Stanislas, Place de la Carriere dan Place d’Aliansi telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia UNESCO, yang mempresentasikan kawasan perkotaan yang menarik di jantung kota.

alt

Nuansa bangunan bergaya klasik di depan alun-alun Stanislas pada malam hari. (FLICKR)

Nancy memainkan peran besar dalam gerakan Art Nouveau Eropa pada akhir abad kesembilan belas, sehingga didirikanlah sekolah seni Nancy School of Art Nouveau. Museum L’Ecole de Nancy seringkali menampilkan karya-karya seniman lokal dari sekolah ini. Semua artis yang ikut serta dalam kebangkitan kembali budaya Art for All ini mengekspresikan kemahiran teknis dan inspirasi alam dalam media seni dekoratif.

Salah satu fitur yang dipajang di l’Ecole de Nancy adalah karya Emille Galle, dengan sebuah ruangan di museum dipenuhi dengan barang antik dan keramik ukiran untuk mengabadikan namanya. Antoine Daum adalah salah satu seniman lain yang mengubah kaca menjadi bentuk seni yang indah. Kaca kristal-Nya, atau pate de verre, adalah koleksi yang terus direproduksi oleh Industri manufaktur Daum, dipajang di Fine Arts Museum of Nancy (Museum Seni Rupa Nancy).

Arsitektur yang terinspirasi gaya Art Nouveau naturalis ini secara unik tampak jelas pada tampilan sisi depan kafe-kafe, bank, apotik dan rumah-rumah mewah di seluruh Nancy. Termasuk juga karya besar l’Ecole de Nancy, Villa Majorelle dengan konstruksi besi tempaan karya Louis Majorelle, kaca patri oleh Jacques Gurber dan dekorasi berarsitektur keramik oleh Alexandre Bigot, menjadikan Art Nouveau pusat seni untuk dihargai dan dinikmati oleh semua orang.

Jasleen Kandhari adalah seorang sejarawan seni yang gemar berpetualang dan menjelajahi cakrawala budaya. Dia telah menerbitkan berbagai ulasan perjalanan dan pameran di Eropa, Amerika Utara dan Asia.
Winter Sonata Pulau Nami

Ye Qiumei Senin, 11 Januari 2010

Winter Sonata

Winter Sonata

“Welcome in Naminara Republic”, begitulah kata sambutan saat menjejakkan kaki di Pulau Nami yang terletak di Chuncheon-si, Provinsi Gwangwon-do, Korsel. Dari Seoul, pulau mungil ini bisa ditempuh selama 1,5 jam sampai tiba di Dermaga Gapyeong. Perjalanan lalu disambung dengan kapal feri, menyeberangi Sungai Han selama 10 menit. Kapal ferinya sangat unik, dihiasi bendera-bendera negara di dunia yang berkibar-kibar aneka warna, cocok dengan slogannya, “Di Naminara (Republik Negara Nami), kita semua bersaudara.” Memang mulai dari loket pembelian tiket yang bertuliskan “Imigrasi” hingga sistem pulau ini yang bagai sebuah negara, yang dengan hangat menerima semua budaya dan wisatawan dari seluruh penjuru dunia.
Makam Jendral Nami

Makam Jendral Nami

Nama Pulau Nami diambil dari Jenderal Nami, pahlawan muda Korea pemberani yang telah menjadi jendral di usia 25 tahun. Makam Jendral Nami terletak di Pulau Nami, lengkap dengan kisah heroiknya. Namun kepopuleran Pulau Nami dimulai sejak drama “Winter Sonata” yang dibintangi Kang Jun-sang (Bae Yong-jun) dan Jung Yu-jin (Choi Ji-woo), menggunakan Pulau Nami sebagai lokasi syuting. Drama ini meledak di berbagai negara asia, terutama Jepang, China, Thailand dan Indonesia.

Walaupun drama ini diproduksi tahun 2002 dan sudah tidak tayang lagi di televisi, namun kepopulerannya mengantarkan Nami menjadi salah satu tujuan wisata di Korea Selatan yang paling ramai, berkat kepiawaian pemerintah Korsel yang menggarap industri pariwisata. Kunjungan turis di Nami dulu hanya berkisar 200.000 per tahun. Sejak demam Winter Sonata hingga kini, kunjungan wisata di Nami melonjak 1,6 juta per tahun, 200.000 orang di antaranya turis mancanegara. Pihak pengelola juga mempertahankan minat turis dengan rajin menyelenggarakan berbagai pergelaran seni di Nami.

Musim Gugur di Pulau Nami,  bagaikan lukisan hidup

Musim Gugur di Pulau Nami, bagaikan lukisan hidup

Kala musim gugur datang, pulau ini memang sungguh romantis. Daun-daun di pepohonan yang berbaris lurus beralih warna menjadi kuning, coklat, dan merah, benar-benar bagaikan sebuah lukisan. Di berbagai sudut pulau ini dihiasi foto-foto berisi beragam adegan dalam sinetron itu. Bahkan, dipasang juga patung Bae Yong-jun atau Choi Ji-woo, yang menjadi lokasi motret para turis yang narsis.

Di jalan-jalan terdapat air mancur buatan dan deretan pohon-pohon cantik yang ditanam berdasarkan temanya. Ada “Jalan Cemara” yang indah di musim dingin, “Jalan Gingko” yang indah di musim gugur, dan “Jalan Sakura” yang indah di musim semi. Ada juga “Jalan Metasequoia” yang sering dijadikan lokasi foto oleh para turis yang datang. Tidak heran jika banyak pasangan yang sedah jatuh cinta datang kemari.

Satu lokasi terkenal, yaitu jalan panjang berpasir di tepi danau yang dinaungi pohon-pohon birch. Di situlah adegan pasangan Jun-sang mengendarai sepeda sambil memboncengkan Yu-jin, yang merentangkan kedua tangannya sembari memejamkan mata menikmati momen.

Salah satu ciri pulau seluas 460-ribu meter persegi dan diameter 5 kilometer ini adalah karya seninya. Mulai dari patung hingga arsitekturnya terbuat dari barang-barang bekas yang didaur-ulang, sesuai dengan moto pulau ini, yaitu “Budaya, Alam, dan Pemeliharaan Lingkungan Hidup.” Disini juga terdapat beberapa ruang pameran seperti “Anjungan Musik,” “Studio Seni Kerajinan Tangan,” dan “Loka Karya Daur Ulang,” dimana para turis dapat menikmati berbagai pengalaman seperti mendengarkan musik di live café, membuat karya seni dari barang bekas dan sebagainya.

Sudut-sudut cantik Pulau Nami

Sudut-sudut cantik Pulau Nami

Walaupun pulau ini sebenarnya dapat ditelusuri dalam dua jam saja, dibutuhkan waktu lebih dari satu hari untuk menikmati satu per satu keindahan pulau ini dimulai dari pemandangan kabut pagi di permukaan danau hingga cahaya bulan yang cantik di malam hari. Karena itu untuk memaksimalkan pengalaman Namiseom, di pulau ini juga disediakan fasilitas transportasi seperti mobil tur elektrik, sepeda keluarga roda empat, kereta mini, dll. Jadi bila anda berkesempatan mengunjungi Korsel, jangan lupa singgah di pulau nan romantis, Pulau Nami.

Era Baru News >> Wisata >> Pariwisata >> Nepal Rolwaling Trek, Perjalanan ke Lembah Terpencil
Nepal Rolwaling Trek, Perjalanan ke Lembah Terpencil

Oleh: Tjahjadi Nurtantio Minggu, 07 Februari 2010

Nepal

Pemandangan dari Pass Tashi Laptsa (5755 m) saat matahari terbenam (Photo:Tjahjadi Nurtantio)

Bicara tentang hiking atau trekking, kita pasti akan teringat pada Himalaya sebagai sesuatu yang superlatif. Dan bicara tentang Himalaya kita akan teringat pada Mount Everest. Karena mayoritas turis yang datang untuk hiking/trekking di Nepal ingin melihat puncak gunung tertinggi di dunia itu, atau melihat puncak lain berketinggian di atas 8000 m seperti Annapurna, Cho Oyu. Pemikiran demikian juga kami amati di kalangan pendaki gunung yang cenderung mengukur "aktivitas herois" mereka dengan ketinggian gunung yang didaki.

Awal tahun 90-an saat melintasi jalur trek musim dingin di Khumbu (kawasan Everest), penulis pertama kali berkesempatan melihat pegunungan Rolwaling dari kejauhan. Rolwaling merupakan lembah suci tempat meditasi Padmasambhava (penyebar agama Buddha Tantra ke Tibet). Lembah itu memiliki kuil tua yang telah berdiri tegar sejak 120 tahun, penuh legenda terkait dengan makhluk misterius ‚Yeti.‘ Warga desanya sangat ramah, alamnya asri dengan puncak-puncak bersalju yang spektakuler. Sungguh perjalanan yang menyenangkan kembali ke alam dan kesahajaan.

Nepal

Jembatan gantung khas Nepal (Photo:Tjahjadi Nurtantio)

Pada 2008, Penulis Mendapat Kesempatan Pertama Menjelajah Rolwaling Valley

Awal perjalanan kami adalah desa kecil Dolakha, di mana jalan bagi kendaraan bermotor berakhir. Dari sini kami berjalan menelusuri Tamba Kosi (Sungai) menuju utara, dengan pemandangan puncak salju Gauri Shankar (7146 m) yang memukau. Setelah 3 hari kami berbelok ke arah timur memasuki lembah Sungai Rolwaling yang sebenarnya.

Menurut penduduk setempat Rolwaling adalah "beyul" atau lembah tersembunyi dan suci, di mana Guru Rinpoche / Padmasambhava bermeditasi sebelum dia meneruskan perjalanan ke Tibet untuk menyebarkan agama Buddha Tantra. Karena kesuciannya, di lembah ini dilarang memburu atau membunuh makhluk hidup. Hal ini adalah faktor penting mengapa lembah ini tetap terjaga keasliannya. Di sini kita akan ditemani oleh hewan liar seperti berbagai jenis monyet, rusa dan burung. Demikian pula vegetasinya sangat majemuk karena trek ini melewati beberapa zona vegetasi. Bermula dari zona tropis sampai subtropis dengan sawah, ladang sayuran dan kentang diselingi hutan lebat. Sementara di daerah pass / glacier kita tidak akan dapat menemukan flora sama sekali.

lembah_terpencil-(8)

Pemandangan Puncak Gauri Shankar (7146 m) (Photo:Tjahjadi Nurtantio)

Di sepanjang lembah ini banyak monumen alam yang dihubungkan dengan Padmasambhava. Puncak tertinggi di Rolwaling adalah Gauri Shankar yang dianggap suci oleh pemeluk agama Buddha Tantra dan Hindu. Di sini juga ada danau suci tempat ziarah setiap tahunnya.

Penduduk Rolwaling kebanyakan terdiri dari suku Sherpa yang berasal dari Tibet. Kebanyakan dari mereka adalah petani dan penggembala. Semua dengan fasilitas sangat sederhana. Listrik hanya ada di rumah-rumah yang memiliki solar panel. Karena teradaptasi sempurna dengan iklim pegunungan, banyak Sherpa Rolwaling bekerja sebagai "climbing guide".

Nepal

Truck stop àla Nepal Himalaya, semua barang dipikul oleh manusia. (Photo: Tjahjadi Nurtantio)


Nepal

Zona Subtropis sepanjang sungai Tamba Kosi. (Photo: Tjahjadi Nurtantio)


Nepal

Zona Sub-Alpin dengan Puncak Gunung Chekigo (6257 m) (Photo:Tjahjadi Nurtantio)

Desa terbesar adalah Beding (di ketinggian sekitar 3600 m), disinilah letak gompa / kuil terbesar di Rolwaling. Sedangkan desa (dan kuil) tertua adalah Na, sekaligus merupakan desa paling timur dan terakhir sebelum menjelajah glacier dan Pass Tashi Laptsa menuju Khumbu. Sekarang Na (dengan ketinggian 4200 m) hanya dihuni oleh penggembala selama musim panas. Setelah Na, teman perjalanan kami hanyalah burung elang, bebatuan, es dan angin.

Orang Barat pertama yang menapakkan kakinya di Rolwaling adalah Sir Edmund Hillary yang datang dari Khumbu lewat Tashi Laptsa Pass. Setahun kemudian Eric Shipton menjadi terkenal dengan penemuan makhluk "Yeti" di Menlung La, pass yg merupakan jalan penghubung langsung menuju Tibet.

Berbeda sekali dengan Region Everest atau Annapurna yg dikunjungi ribuan turis tiap tahunnya. Rolwaling dapat dikatakan jarang bertemu dengan pengunjung asing. Karena itu reaksi penduduk setempat terhadap pengunjung pun berbeda. Di sini bukan hanya kebudayaan dan pemandangan yang menjadi atraksi bagi pengunjung. Kami pun menjadi atraksi bagi penduduk setempat, terutama anak-anak. Tidak mengherankan kalau pengunjung selalu ditemani segerombol anak-anak yang mengikutinya sampai batas desa.

Di sini terasa sekali keaslian dan keramahan penduduk Himalaya yang belum terjamah (atau belum dirusak) oleh turisme massal.

Nepal

Kawan seperjalanan. (Photo: Tjahjadi Nurtantio)


Nepal

Berfoto dengan perempuan-perempuan setempat. (Photo: Tjahjadi Nurtantio)


nepal

Puncak Tsoboje (6689 m) pada malam hari. (Photo: Tjahjadi Nurtantio)

Jika di Khumbu region kadang kita dapat melihat "souvenir shop" di depan biara, di Rolwaling - Lama (kepala biara) setempat akan melakukan puja bersama kami dan memberi berkah untuk perjalanan selanjutnya. Berkah ini memang diperlukan. Sewaktu menjelajah glacier (sungai es) - penulis sempat melewati satu jasad Sherpa di jalur perjalanan, hanya ditutupi terpal dan bendera-bendera mantera. Korban altitude sickness atau kelelahan. Menurut cerita mayat itu "baru" berada di sana sejak 1 bulan. Suatu peringatan untuk lebih berhati-hati. Ini tempat yang benar-benar jauh dari peradaban dan bantuan apa pun.

Nepal

Menjelajahi Yalung Glacier menuju Puncak Yalung Ri (5630 m). (Photo: Tjahjadi Nurtantio)


nepal

Pemandangan dari „Summit Ridge“ Yalung Ri, beberapa meter di bawah puncak. (Photo: Tjahjadi Nurtantio)


Nepal

Menuju Pass Tashi Laptsa, setelah mendaki „serac“ / tebing es terjal di tepi Drolambo Glacier. (Photo: Tjahjadi Nurtantio)

Bagi para pecinta gunung, Rolwaling menawarkan banyak puncak-puncak yang tidak begitu dikenal. Memang kebanyakan lebih rendah dari puncak-puncak tertinggi di Khumbu, tetapi sesungguhnya pemandangannya tidak kalah spektakuler dan medannya pun tidak lebih mudah didaki. Beberapa tahun terakhir di Rolwaling dibuka rute-rute pendakian ekstrem oleh para pendaki yang mencari tantangan baru - bukan lagi ketinggian puncak melainkan kesulitan dinding yang menjadi kriteria, contohnya, rute Tengkangpoche North Face (ketinggian 6500m) pada tahun 2008.

Nepal

Menjelajahi Drolambo Glacier (Photo: Tjahjadi Nurtantio)


Nepal

Camp peristirahatan kami (5700 m) di Pass Tashi Laptsa, di latar belakang Khumbu Himal (Photo: Tjahjadi Nurtantio)

Setelah kurang lebih dua setengah minggu tidak bertemu dengan orang asing lainnya, kami mencapai Khumbu, dan ini bagai memasuki dunia lain. Tiba-tiba kami kembali dikelilingi turis / trekkers, penginapan, restoran, listrik, dan televisi... Kami merasa sedikit asing setelah demikian waktu di kesunyian dan alam yang asri.

Rolwaling Merupakan Salah Satu Daerah yang Paling Mengesankan di Nepal

Info perjalanan:

Gerbang masuk adalah Kathmandu, ibu kota Nepal. Penerbangan antara lain melalui Bangkok, Delhi dan Singapura.

Trekking di Rolwaling membutuhkan persiapan matang baik fisik maupun logistik, pengetahuan teknik mendaki gunung dengan rope, crampons, ice axe, pengetahuan pertolongan pertama dan lain-lain. Di kalangan pendaki gunung di Eropa telah dibedakan antara „climbing“ dan „trekking“. Rolwaling Trek masuk kategori „trekking“, tetapi tetap harus berhati-hati karena kondisi khusus seperti glacier, ketinggian di atas 5000 m (kadar oksigen rendah) dan faktor lainnya.

Nepal

„Gipfelfreude“, penulis / fotografer bersama pendamping, di latar belakang puncak Gauri Shankar, Shisa Pangma di Tibet dan puncak-puncak lainnya. (Photo: Tjahjadi Nurtantio)

Perjalanan melalui Pass Tashi Laptsa hanya dianjurkan bagi para pendaki yang berpengalaman dengan kondisi fisik sempurna. Tanpa pengalaman sebaiknya hanya berkunjung sampai danau glacier Tso Rolpa. Rute Rolwaling dapat juga dikombinasi dengan rute "Numbur" di Selatan.

Satu bukti keseriusan trek ini adalah keharusan untuk memiliki "climbing permit". Dibanding dengan Rolwaling Trek, Everest Base Camp Trek secara teknis tergolong trek yang mudah.

Trekking biasanya bermula di Dolakha atau Barabise, dengan minibus sekitar 5-6 jam perjalanan dari Kathmandu. Trek sampai Lukla antara 16-21 hari. Tergantung apakah hendak mendaki puncak gunung atau tidak, dan berapa banyak waktu di camps (istirahat pada ketinggian tertentu sangat penting untuk adaptasi dan mencegah ‚altitude sickness‘). Selama musim kunjungan utama, setiap hari ada beberapa penerbangan dari Lukla kembali ke Kathmandu.

Puncak (trekking peaks) yang dapat didaki misalnya: Yalung Ri (5630m), Ramdung Go (5930m), Parchamo (6273m). Es / salju 40-45°, Grade: PD- (peu difficile minus).

Musim terbaik adalah setelah musim hujan (Oktober-November) dimana cuaca biasanya lebih stabil dan udara cerah - pemandangan tanpa kabut. Di musim semi (Maret-Mei) suhu lebih tinggi, tetapi seringkali berawan dan kita harus siap menghadapi resiko sisa salju musim dingin yang akan mempersulit perjalanan. Pada musim apa pun, salju adalah faktor yang selalu dapat sangat menentukan pada perjalanan di ketinggian seperti ini.

Perlengkapan mendaki gunung sebaiknya yang telah teruji fungsinya pada kondisi kritis dan dibawa sendiri, tetapi bisa juga dibeli atau disewa di Kathmandu. Suhu malam hari di atas 5000 m dapat mencapai -20°c (diperlukan ‚sleeping bag‘ dan pakaian yang sesuai). Demikian pula guide dan crew berpengalaman dapat dicari melalui agen-agen trekking setempat
Iquique, Wisata Seberang Gurun

Laporan Wayan Manuh/ Reporter Era Baru Sabtu, 06 Februari 2010

gurunikiki

Gurun Atacama terlihat jelas di belakang Kota Ikiki.(foto : Wayan Manuh)

Iquique (di baca ‘ikike’) adalah sebuah kota kecil di utara negara Chili, Amerika Selatan. Iquique merupakan ibu kota dari wilayah Tarapaca yang berada di pesisir laut pasifik di bagian barat dari gurun Atacama.

Gurun Atacama menjadi latar belakang dari kota pelabuhan kecil ini. Gurun yang sangat kontras dengan perbukitan gurun beberapa kilometer di belakang kota ini.

Gurun Atacama sendiri menurut literatur merupakan gurun tertandus didunia. Gurun ini melintasi wilayah sepanjang 1000 km disepanjang pesisir laut pasifik dan di sebelah barat gunung Andes dan berada di utara Chili. Gurun ini diperkirakan tidak pernah mendapat hujan selama jutaan tahun.

Penulis dalam perjalanan panjang keliling Amerika latin dan ke Antartika singgah di kota yang berpenduduk 216,419 ( sensus 2002). Seperti negara-negara Amerika latin lainnya, bahasa yang di pakai adalah bahasa Spanyol.

Kota ini tidak jauh dari pelabuhan laut dimana kapal pesiar bersandar, hanya tiga kilometer. Keunikan kota ini adalah suasananya yang ramah serta jalan yang kecil di alun-alun tidak begitu ramai. Tetapi keteraturan ini bukan tidak dirancang.

Setelah penulis menuruni tangga di alun-alun ternyata adalah sebuah parkir mobil yang luas. Walaupun tidak ada buku panduan tentang kota ini, penulis mencoba untuk menemui seorang staff di bagian informasi wisata, mereka tidak memiliki informasi selain bahasa Spanyol. Walau demikian perjalanan menelusuri kota mini ini cukup menarik.

Iquique kelihatan bergeliat di siang hari yang bersuku 21°C saat itu. Restoran pertokoan dan warung-warung berbentuk memanjang yang menjual aneka pakaian dan cendra mata semua tersedia.

Kota ini merupakan kota bekas pertambangan tembaga dan sekarang masih tertinggal bukti sejarahnya. Salah satunya adalah Tugu Jam victoria yang berada di alun-alun kota. Jam besar ini berada di keempat sisi dari tugu dan diatasnya berkibar bendera negara Chili.

Perikanan adalah industri utama dari Iquique, sepanjang perjalanan dari pelabuhan kita bisa melihat jaring-jaring besar yang digunakan oleh kapal-kapal pukat.

kotaikiki

Suasana Kota Iqique.(foto Wayan Manuh)

Daerah ini menarik para turis dari negara tetangganya Peru dan Paraguay untuk melakukan wisata. Sebab Iquique memiliki pusat belanja bebas pajak terbesar di Amerika Latin.

Daerah pantainya yang sebagian besar bebatuan namun demikian di daerah pesisir berdiri beberapa hotel dan apartemen. Sehingga kota ini mendapat julukan “Miami of Chile” (Miaminya Chili), dimana kegiatan olahraga air seperti surfing dan parasailing digemari wisatawan dan warga lokal.

Karena semakin berkurang dan habisnya persediaan sumber tambang tembaga dan mineral, daerah pertambangan yang dulunya menciptakan kota-kota kecil ditutup dan terlantar.

Kemudian, tempat-tempat ini di jadikan obyek wisata untuk para wisatawan yang datang kemari. Obyek wisata yang ditawarkan atara lain mengunjungi kota hantu Humberstone yang pengoperasian pertambangannya berhenti tahun 1960an. Di sepanjang perjalanan, Wisatawan dijanjikan akan menikmati pemandangan yang menarik aboriginal art atau kesenian penduduk asli dalam skala besar.

Selasa, 22 Juni 2010

DI Indonesia Euy

Pulau Sempu : Cagar Alam Di Selatan Jawa Timur

Epochtimes Sabtu, 27 Maret 2010

Jika Anda pernah melihat film “The Beach” (2000) yang dibintangi Leonardo Di Caprio, Anda pasti terpesona dengan keindahan alam pulau Phi-Phi di Thailand, yang menjadi latar belakang film tersebut. Tebing-tebing curam dan laut dangkal berwarna kehijauan tampak begitu indah dan menawan.

Di Indonesia, tepatnya di sebelah selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur, juga terdapat pulau yang memiliki keindahan setara dengan Pulau Phi-Phi. Namanya Pulau Sempu, yang merupakan sebuah cagar alam yang berada dibawah naungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam provinsi Jawa Timur.

Seperti halnya pulau Phi-Phi, pulau Sempu juga memiliki pesona alam yang menakjubkan. Jauh dari kebisingan, suasananya alami, asri dan tidak ada satupun bangunan yang berdiri di Pulau ini seperti tempat penginapan, rumah makan dan sebagainya.

Terdapat lebih dari 80 jenis burung yang dilindungi dan hewan lain seperti babi hutan, kancil, atau lutung jawa. Jika beruntung bisa menemukan jejak kaki macan tutul.

Secara geografis, Pulau Sempu terletak diantara 112° 40’ 45" - 112° 42’ 45" BT dan 8° 27’ 24" - 8° 24’ 54" LS. Memiliki luas sekitar 877 Ha, berbatasan dengan Selat Sempu (Sendang Biru) dan Samudera Hindia di sisi selatan, timur dan barat.

Menuju Pulau Sempu, bertolak dari Kota Malang, arahkan kendaraan ke selatan Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Dalam waktu 2-3 jam, Anda akan tiba di pantai Sendangbiru. Dari Sendangbiru dapat mencari nelayan untuk menyewa perahu penyeberangan menuju Pulau Sempu yang biasanya memakan waktu sekitar 15-30 menit.

Perahu akan mendarat di teluk Semut, di sisi utara Pulau Sempu, yang akan diteruskan dengan berjalan kaki menyusuri hutan tropis dataran rendah selama sekitar 1 jam menuju tempat singgah, yaitu Segara Anakan.

Amat disarankan memakai alas kaki yang tak gampang lengket, karena tanah di hutan tersebut sedikit berlumpur. Pengunjung harus melewati medan yang cukup sulit dengan tanah hutan yang bergelombang dan bekelokkelok, dengan sudut kemiringan hingga 60 derajat.

Setelah sekitar satu jam menyusuri hutan tropis, Anda akan menjumpai sebuah pantai kecil berpasir putih dengan air berwarna biru kehijauan. Itulah Segara Anakan, yang biasanya digunakan sebagai tempat singgah para pengunjung. Tak ada tempat penginapan sehingga jika ingin bermalam harus membawa tenda dan peralatan lainnya.

Kanan: Segara  Anakan; kiri: peta Pulau Sempu (EKO OSCAR NUGROHO/ THE EPOCH TIMES)

Air Danau Segara Anakan sebenarnya berasal dari air Laut Samudera Hindia. Air masuk melalui lubang besar di tebing bagian tenggara.

Saat ombak masuk, air akan terlihat begitu indah bak semburan sang naga. Pada siang dan malam hari air danau akan mengalami pasang, sedangkan pada pagi dan sore hari air danau surut. Pada saat pasang, Danau Segara Anakan tampak sangat indah, dengan air yang jernih berwarna hijau.

Anda bisa berenang maupun snorkling melihat beraneka ragam terumbu karang tanpa harus takut terseret ombak, karena ombak di danau ini memang relatif kecil.

Dari atas pantai Segara Anakan bisa terlihat Samudera Hindia yang luas dengan ombak lepas yang mengikis terbing-tebing raksasa. Jika beruntung Anda bisa melihat lumba-lumba atau penyu yang berenang. Jika kurang beruntung, barangkali akan menemukan kera atau lutung yang bergelantungan di pohon-pohon sekitar pantai.

Kembali ke hutan dan sedikit naik-turun menyusuri bukit, Anda akan menjumpai Long Beach yang terdiri dari 5 pantai berurutan yang memanjang di pesisir Pulau Sempu, dengan pasir putih dan berpapasan langsung dengan Samudera Hindia. Di sini berbeda dengan Segara Anakan, karena ombak di sini sangat besar dan ganas, sehingga disarankan tidak terjun ke dalam air.

Berjalan kaki mengelilingi Pulau Sempu membutuhkan waktu dua hari. Dari Segara Anakan bisa menyusur pantai menuju goa kapur melalui Long Beach. Lantas perjalanan akan menembus Danau Sat dan menuju Telaga Lele.

Bagi Anda yang menyukai nuansa alam asli, jauh dari kebisingan kehidupan moderen, Pulau Sempu dapat memberikan solusi bagi Anda. Akan tetapi jangan mengharapkan ada hotel berbintang maupun orang berjualan makanan, segala sesuatunya harus dipersiapkan sendiri dari rumah.

Era Baru News >> Wisata >> Pariwisata >> Wisata Jalan Kaki Montevideo
Wisata Jalan Kaki Montevideo

Wayan Manuh/ Era Baru Senin, 22 Maret 2010

montevideo

Para wisatawan berjalan kaki ditengah-tengah kota.(Wayan Manuh)

Montevideo adalah kota satu-satunya yang rombongan penulis kunjungi di Uruguay dalam perjalanan keliling Amerika Selatan. Kota Uruguay ini tidak seperti kota-kota lain di negara tetangganya, Brazil, Peru, Ekuador, Chili dan lain-lain.

Montevideo mencerminkan pengaruh dari Eropa yang sangat besar. Bentuk bangunan dan jalan dengan lorong kecil mirip kota-kota di Spanyol. Karena luas kota yang tidak begitu besar, maka untuk berwisata jalan kaki, sepertinya tepat sekali bagi kota ini.

Jalanan Montevideo sangat lenggang kala penulis mengunjungi tempat ini. Ada dua kapal pesiar di pelabuhan Montevideo. Kapal Prinsendam dan Splendour of The Seas dari Royal Caribbean International.

Seolah, hanya para turis yang dibawa kapal-kapal ini yang meramaikan kota hari ini.

Bagaimana tidak kapal Royal saja berpenumpang 2000 orang dan crewnya berjumlah 700 an, sedangkan kapal Prinsendam berpenumpang 700 wisatawan dan 450 karyawan.

Mulai dari pelabuhan penulis menyusuri jalan menuju kearah kota, walaupun membawa map mau kearah mana dan telah berada dimana masih kelimpungan, akhirnya hanya mengikuti petunjuk di jalan yang mengarahkan pengunjung dengan tanda panah ‘Walking Tour’.

Tempat pertama yang menarik pengunjung adalah taman di pelabuhan yang didekorasi dengan jangkar gerigi mesin raksasa yang bertuliskan Selamat Datang dalam delapan bahasa.

Melanjutkan perjalanan satu bangunan penjual cindera mata dari topi keramik bergambar sampai scarp untuk para wanita. Diseberang jalan kita dari pelabuhan ini kita sudah berada di wilayah kota. Dengan mengikuti papan petunjuk jalan bertiang berwarna hijau ‘walking tour,’ kita tidak akan tersesat dalam kota yang cukup sederhana ini.

Kota ini pernah dijadikan sebagai pangkalan angkatan laut Spanyol tahun 1700an untuk armada Atlantik Selatan yang memiliki kekuasaan terhadap pesisir Argentina dan kepulauan Falkland.”

Tempat tempat yang menarik untuk dikunjungi dalam jangkauan jalan kaki diantaranya yang paling dekat adalah ‘Mercado del Puerto’ adalah tempat tradisional untuk makanan khas Uruguay.

Pasar ini tidak terlihat layaknya pasar tradisional. Bagian luar pagar ada banyak kios-kios dan toko-toko cindera mata karena tempatnya di wilayah yang strategis menerima banyak kunjungan wisatawan.

Yang menarik adalah restoran-restoran yang ada di dalam bangunan pasar. Sangat rapi teratur. Banguanan pasarnya beratap tinggi sedangkan di dalam ada banyak bangunan lagi yang berfungsi sebagai restoran.

Uniknya, restoranya menyajikan menu yang serupa dengan cara penyajian yang hampir sama. Menu makanan yang disediakan adalah aneka sosis dan daging.

Sedangkan meja dan kursi ada dua variasi, yang satu adalah meja kursi tradisional yakni meja makan dengan 6-8 kursi.

Model kedua adalah kursi tinggi seperti bar dengan konternya. Model ini para tamu bisa melihat sendiri bagaimana makanannya dimasak. Setiap resto ini punya tungku sendiri dan sistem pembuang asapnya juga memakai sistem sentral.

montevideo1
Dengan demikian ruangan dengan puluhan resto ini menjadi nyaman dan bebas asap. Khusus untuk anggur mereka punya gerobak kayu yang khas untuk memajangnya.

Melanjutkan perjalanan dikota yang cukup lenggang ini, menuju Ciudad Vieja atau ke kota tua dari Montevideo, melewati beberapa pedagang sayur mayur dan buah-buahan memajang dagangannya dipinggir jalan dalam kotak-kotak buah bertingkat menyender di tembok.

Pemandangan ini memberikan warna dari kota yang bangunannya terlihat monoton.

Tidak jauh dari sini tempat menarik lainnya adalah Plaza Zabala yang berada di jalan Durango. Dari sini kita bisa menyusuri gang pajalan kaki yang tembus ke Plaza Independencia yang memanjang kira-kira 300 meter.

Dipertengahan jalur gang ini melewati Plaza Constitucion. Yang khas dari gang atau ‘pedestrian street’ ini adalah menjadi ajang bisnis bagi kota ini. Karena sepanjang dikiri kanan jalan ini para wisatawan bisa menikmati dan belanja barang-barang bermerek dan cindera mata khas Uruguay.

Alun-alun kota Montevideo yang berpenduduk 1,3 juta adalah Plaza Independencia. Ini adalah pusat kota, dan merupakan alun-alun yang paling penting di Montevideo.

Memasuki perempatan lewat gang pelajan kaki yang dulunya adalah jalan Sarandi dari plasa Constitucion kita akan melewati Citadel atau benteng yang memisahkan plaza ini.

Ditengah taman ini ada patung Artigas Mausoleum, juga banyak pohon-pohon palem besar yang tegak teratur menambah keasrian taman. Di latar belakang dari patung jika kita memandangnya ada bangunan berlantai 30an tingkat menjulang tinggi sangat kontras dengan taman didepannya.

Berkeliling di taman yang tidak begitu besar ini, bisa menyaksikan semua persimpangan jalan menuju alun-alun dan aktivitas ekonomi dari kota terbesar Uruguay ini.

Kota yang berpenduduk sejuta lebih ini mengesankan karena lalu-lintasnya yang teratur dan tidak begitu padat kendaraan, ikut menambah cerahnya bulan February yang hangat sekitar 19°C.

Dalam dunia olahraga sepak bola, Montevideo merupakan kota pertama yang menjadi tuan rumah seluruh pertandingan internasional sepak bola dunia (FIFA), pada 18 Juli 1930. Kota ini juga adalah tuan rumah dari dua club sepak bola ternama Penarol dan Nacional.

KEREN

Mendaki Gunung Rio de Janeiro

Wayan Manuh/ Era Baru Senin, 01 Maret 2010

riodejaneiro1

Patung Jesus.

Rio de Janeiro, nama yang termasyur di dunia dengan berbagai aktivitas wisata. Mulai dari tarian samba, pantai Copacabana yang terkenal sampai carnaval tahunan yang spektakuler. Untuk menikmati indahnya pemandangan kota Rio dari ketinggian bisa dengan helikopter atau naik kepuncak bukit Corcovado.

Penulis mengikuti perjalanan wisata yang diberi nama ‘Highlight Rio dan Corcovado’ tour yang berdurasi empat jam ini termasuk berharga murah yakni hanya $31 dolar Amerika. Karena sudah termasuk karcis kereta untuk naik ke gunung Corcovado, dimana berdirinya patung ‘Christ the Redeemer atau dalam bahasa Portugisnya Cristo de Redentor’. Atau Jesus sang Penyelamat.

Untuk mencapai patung yang berdiri diatas gunung dengan ketinggian 2,339 feet atau 710 meter ini bisa menggunakan Trem atau taksi. Sewa taksi sekali jalan memungut bayaran 5 dolar Amerika Serikat per orang. Sedangkan jika naik trem seharga 36 real atau 24 dolar.

Karena kami ikut rombongan tour, pembelian tiket kereta sudah diatur dan dilakukan sebelumnya oleh operator tour. Jadi kami tidak perlu untuk antre berlama-lama untuk membeli tiket.

Demikian juga sistem pemberangkatan kereta yang beroperasi dari jam 8:30 pagi sampai jam 7:00 malam ini, punya sistem keberangkatan berdasarkan jam yang telah ditentukan dalam tiket. Hanya tiket dengan jam yang tercantum yang diberangkatkan pada jam tertentu.

Sistem ini dipakai untuk mengontrol penumpang. Karena kapasitas dari dua gerbong ini hanya 108 orang. Cuaca siang ketika penulis berangkat jam tiga siang sangat terang.

Melalui jalur menanjak kereta listrik dengan dua gerbong ini terus menanjak didalam belantara hutan. Memerlukan waktu 25 menit untuk tiba diatas. Berhenti sebanyak dua kali ditengah jalan untuk memberikan jalan lewat bagi kereta yang datang dari atas. Kereta ini menggunakan sistem gerak bergerigi yang disebut ‘Riggenbach rack system’. Jarak yang ditempuh oleh kereta atau trem ini sejauh 3,8 km.

Untuk melayani wisatawan ke puncak Corcovado dimana patung Jesus berada dioperasikan 4 kereta dengan masing-masing dua gerbong. Keberangkatan dilakukan setiap setengah jam sehingga dalam sejam kapasitas angkutnya 360 penumpang. Karena keterbatasan daya angkut ini waktu tunggu di stasiun bisa sejam atau lebih.

Keluar dari kereta kita harus melewati 223 tangga lagi untuk mencapai patung. Tetapi ada pilihan mau jalan kaki atau memakai fasilitas tiga buah lift dengan eperatornya selalu siap mengangkut anda ke puncak. Setelah keluar lift menaiki puluhan tangga kemudian ada dua eskalator menuju kearah patung. Sore ini pengunjung sangat padat. Tetapi karena cuaca yang baik dan terang, semua orang sepertinya menikmati keindahan kota Rio de Janeiro dari ketinggian gunung Corcovado.

riodejaneiro2

Pemandangan danau Rodrigo de Freitas.

Disebelah kanan dari patung bisa dilihat pemandangan danau Lagoa Rodrigo de Freitas yang di kelilingi oleh bangunan-bangunan apartemen yang menjulang dan hampir semuanya berwarna putih. sedangkan disebelah kiri adalah pemandangan stadion terbesar di dunia Estádio do Maracanã. Beberapa helikopter terlihat mengitari patung. Mereka juga adalah berwisata menikmati kota Rio sekaligus membuat foto foto tentang patung besar ini dari udara.

Patung yang dibangun tahun 1922 selesai dalam waktu 9 tahun, di resmikan tahun 1931. Ukuran patung yang dibuat dari batu kapur ini mempunyai ketinggian 130 ft atau 39,6 meter termasuk 9,5 meter pedestal atau dudukan. Sedangkan lebarnya adalah 30 meter atau 98 ft.

Dari puncak dimana patung berdiri terdapat halaman sekeliling dimana pengunjung bisa menikmati dan mengabadikan patung dari depan. Demikian juga pemandangan sekeliling merupakan pengalaman tak terlupakan tentang kota Rio de Janeiro. Pemandangan gunung Sugarloaf dan pantai-pantai Copacobana dan Ipanema terlihat dari sini.

Suhu udara 25°C siang itu membuat suasana nyaman pada ketinggian 710 meter itu. Masih di bawah areal patung kita bisa membeli cindera mata khas Brazil dan tentu saja patung-patung Jesus dalam berbagai ukuran yang menyerupai patung aslinya.

Pada jam empat sore cuaca mulai berkabut menyelimuti bagian atas patung yang ditetapkan menjadi tujuh keajaiban dunia menurut kelasnya sehingga untuk mengambil gambar utuh dari patung sudah tidak mungkin lagi.

Untuk kembali turun gunung kami menaiki kereta yang sama, juga harus antre melewati mesin mengecek karcis. Perjalanan dilanjutkan dengan bus mengelilingi jalan-jalan di Pantai Copacabana dan Ipanema terus dipinggiran kota yang hijau dan banyak taman serta hutannya. Rio de Janeiro merupakan satu-satunya kota di dunia yang ada hutannya

Wisata Menara Miring Pisa

Wayan Manuh/ Era Baru Selasa, 13 April 2010

menarapiza

Menara Terre Pendente, di Kota Pisa, Italia.(Wayan Manuh)

Diantara banyak kata-kata yang salah kaprah tentang suatu objek, salah satuya adalah menara Pisa ini. Nama sebenarnya bukan menara Pisa, tetapi dalam bahasa Italianya Terre Pendente. Karena keberadaannya di kota Pisa, di Tuscany yang mana adalah wilayah tengah dari Italia, maka gelar menarapun dinamakan menara Pisa.

Penulis memulai perjalanan dari pelabuhan Livorno yang berjarak 15 mil atau sekitar 24 kilometer dari Menara Pisa. Untuk sampai ke bangunan yang terkenal ini dari alun-alun kota Livorno tepatnya dari Piazza Grande harus naik bus dengan harga tiket €1 ke stasiun kereta api di pusat kota Livorno atau Livorno Centrale.

Kemudian kita bisa memulai perjalan berikutnya dengan kereta api menuju Pisa. Jadwal kereta api hampir setiap duapuluh menit sekali. Jarak tempuh yag tidak terlalu jauh ini hanya memerlukan waktu tempuh 15-20 menit. Untuk mengurangi antrean dan menghemat waktu pada saat kembali, sebaiknya kita membeli tiket pulang pergi yang berharga € 3,6. atau sekitar Rp 43,000. Kita akan diberikan tiket yang berlaku selama 7 jam, sedangkan tiket bis kota yang bisa di beli dari kios-kios majalah hanya berlaku dalam jangka waktu 75 menit.

Setibanya di stasiun Pisa Centrale, kita bisa memilih transpotasi, apakah mau jalan kaki atau mau naik taxi ke arah menara yang berjarak kurang lebih satu kilometer. Kami memilih untuk berjalan kaki. Gerimis hujan dan angin yang sukup kencang membuat suhu udara pagi itu menurun drastis.

Suhu udara pagi ini paling rendah mencapai 6,5°C dan tertinggi juga hanya 11 derajat. Rute untuk mencapai komplek Campo dei Miracoli atau Alun-alun Keajaiban sebenarnya tidak susah, hanya saja karena kita berjalan di antara bangunan-bangunan yang cukup tinggi, kita tidak bisa melihat menara itu dari jauh. Tetapi hanya dengan menempuh jalan lurus dari stasiun kereta anda tidak akan tersesat.

Setelah menyebrangi jembatan di Sungai Arno anda sudah berada beberapa ratus meter dari menara. Menara yang hanya berketiggian 56 meter ini masih belum bisa kita lihat kaena tidak ada tempat yang lapang dari bangunan kota yang rata-rata bertingkat dua atau tiga.

Begitu memasuki jalan terakhir menuju alun-alun anda akan tercengang dengan taman yang luas dan jalan yang lebar hanya untuk pejalan kaki. Anda sudah berada di tempat bersejarah dan terdaftar mendapat perlindungan dari UNESCO (Organisasi Pendidikan dan Kebudayaan PBB).

Hujan yang turun hari ini memberikan pemandangan berbeda dari menara dan keseluruhan komplek ini. Kita bisa mendapatkan foto yang lain dari pada yang lain karena kita bisa mendapatkan bayangan menara di genangan air hujan.

Sejarah

Menara Pisa ini mulai dibangun tahun 800 tahun yang lalu tepatnya 1173, sebagai sebuah karya seni yang berlangsug dalam tiga tahap dengan pembangunan pertama adalah lantai pertama yang berupa tiang-tiang. Menara ini adalah menara lonceng yang berdiri sendiri diantara tiga bangunan di komplek ini.

Menara mulai tenggelam setelah lantai tiga selesai karena fondasi bangunan yang terbuat dari tanah yang tidak stabil. Pembangunannya kemudian terhenti hampir seratus tahun karena keadaan perang.

Pembangunannya kembali dilanjutkan pada seratus kemudian pada tahun 1272 oleh Giovanni di Simone, seorang arsitek dari Camposanto. Untuk mengimbangi kemiringan dibuat bangunannya lebih tinggi pada satu sisi, ini membuat menara ini miring kearah lain. Dengan demikian bangunan ini sendiri menjadi melengkung. Kemudian karena perang berlanjut lagi pembangunannya kembali mengalami penundaan.

Lantai ketujuh selesai dibangun tahun 1319, dan ruang lonceng belum ditambahkan sampai tahun 1372, dimana ada tujuh lonceng yang mempunyai nada-nada dari tangga nada mayor.

Kemiringan dan turisme

Kemiringan bangunan ini yang menjadi daya tarik sebagai objek wisata. Kemiringannya tercatat sampai 5.5 derajat atau 3.9 meter dari seharusnya jika tegak lurus. Yang mungkin tidak direncanakan demikian oleh pendirinya. Hal ini terjadi karena fondasi bangunan yang tidak stabil.

Kemiringan ini juga menjadi kekhawatiran dari pemeritah dan pihak-pihak yang berwenang. Sehingga diadakan suatu usaha untuk mengembalikan ke posisinya yang tegak lurus. Usaha ini mulai di munculkan tiga ratus tahun lalu. Tahun 1964 pemerintah meminta bantuan agar bangunan tidak rubuh tetapi tetap mempertahankkan kemiringanya untuk menarik minat wisatawan.

Pada tahun 1990 sampai tahun 2001 dianggap kemiringannya telah menjadi berbahaya dan akan roboh jika tidak segera dilakukan penyelamatan. Sejak itu mulai dilakukan perbaikan dengan mengerahkan ahli-ahli assitek, insinyur bangunan dan ahli matematika serta ahli sejarah untuk proyek ini. Proyek ini sukses dan pada tahun 2001 menara ini dinyatakan aman dan dibuka kembali untuk kunjungan wisata. Bahkan kita bisa naik sampai kepuncak atas menara.

Spesifikasi

Tinggi menara 55.86 meter dari bagian terendah dan 56.70 meter dari bagian tertinggi bangunan. Lebar tembok di dasar 4.09 meter dan lebar di puncak bangunan 2.48 meter. Jumlah tangga keatas 294-296. Kemiringan sebelum distabilkan adalah 5.5 derajat, setelah proses stabilisasi kemiringannya menjadi 3.99 derajat. Atau miring 3, 9 meter pada puncak menara.

Jumlah lantai 8, jumlah lonceng 7 buah dengan masing-masing seberat 562 kg lonceng ketujuh, 1,000 kg lonceng keenam, 1,014 kg lonceng kelima, 300 kg lonceng keempat 1,448 loceng ketiga, 2,462 kg lonceng kedua serta 3,620 kg lonceng pertama. Semua lonceng ini dibuat pada tahun yang berbeda bahkan ada yang jaraknya sampai 400 tahun.

Komplek ini di beri pagar untuk menjaga kelestariannya, sedangkan diluar komplek kita bisa mendapatkan aneka cendera mata dari kaos sampai miniatur menara dari berbagai bahan.

Jika ingin naik ke menara atau hanya mengunjungi gereja dan bangunan tempat pembaptisan di kenakan sejumlah biaya tiket. Disekitar komplek ini ada beberapa tampat menarik lainnya yang bisa anda kunjungi seperti museum, piazza del cavalieri atau hanya sekedar santai duduk-duduk dihalaman hijau dari alun-alun keajaiban ini. Jika anda harus berkejaran dengan waktu tidak ingin berjalan kaki ke stasiun kereta api kita bisa naik taxi, dengan meter taxi ongkosnya sekitar €9-10.

Calle Florida, Buenos Aires

Wayan Manuh/ Era Baru Minggu, 28 Maret 2010

boenosaires
Florida Street (dalam bahasa Spanyolnya: Calle Florida), adalah jalan rapi untuk pejalan kaki yang berada di Pusat Kota Buenos Aires, di Argentina. Jalan ini telah ada sejak tahun 1913.

Jalan ini menjadi terkenal sebagai tempat kunjungan wajib jika anda ke kotanya Evita Peron ini. Sebagian besar pembaca mungkin pernah mendengar lagu Madonna ‘Don’t Cry For Me Argentina”, merupakan lagu latar dari film Eva Peron, The True Story.

Ujung dari jalan pejalankaki ini mulai dari perempatan jalan Peru dengan Avenida de Mayo, tidak jauh dari Plaza de Mayo. Setelah menyebrangi Rivadavia berganti nama dengan nama Florida. Jalan khusus pejalan kaki ini mengarah keutara sejauh satu kilometer. Sampai ke Plaza San Martin di area Retiro. Dimama bertemu lagi dengan jalan pejalan kaki Lavalle jalan menuju bioskop.

Florida Street merupakan atraksi wisata kota Buenos Aires. Kota yang berpenduduk lebih dari tiga juta orang. Disini bisa ditemui berbagai pertokoan dan galeri belanja yang menjual aneka barang-barang kelontong dan cindera mata untuk para wisatawan. Termasuk perhiasan, bahan kulit juga buku-buku dan lukisan. Tentu juga barang-barang bermerek kelas atas seperti Polo Ralph Lauren, Tiffany & Co., Tommy Hilfiger, Christian Lacroix, Christian Dior, Cacharel, Samsonite, Paul & Shark and Yves Saint Laurent dll.

Jalan yang berlantaikan keramik-keramik kecil kurang lebih 5x5 sentimeter ini, terlihat sangat rapi. Drainase atau saluran pembuangan air dari besi berlubang berada di tengah-tengah.

Pertokoan disepanjang jalan Florida ini berjejer, terlihat para pelayan toko dengan berbagai cara untuk menarik ribuan turis dan pejalan kaki yang melewati depan toko mereka. Dengan brosur dengan menggelar contoh barang dan lain-lain. Jalan yang selebar kurang lebih lima belas meter ini sangat ramai dengan pengunjung dari kedua arah. Tempat ini bisa dijangkau dengan mudah baik dari terminal pelabuhan atau dari pusat kota.

Restoran Amerika cepat saji Mc.Donald’s ada tiga restoran sepanjang Jalan Florida. Tentu saja banyak resto dan café lainnya di sepanjang jalan ini. Di pertengahan jalan juga terdapat beberapa kios kecil menjual bunga, majalah dan buku-buku. Ada satu dua orang penjual seperti kaki lima diantaranya seorang ibu membawa banyak busa tiup untuk dijual kepada anak-anak yang berminat. Ada pemain gitar yang memainkan gitarnya sambil menjual lagu-laguya dalam bentuk CD.

Bangunan dikiri-kanan jalan cukup tinggi bertingkat semua. Dengan arsitektur bangunan campuran ada sebagian modern dan sebagian lain bangunan kuno menjulang tinggi.

boenosaires2
Di hari kerja biasa, banyak pajalan kaki dari wilayah keuangan melewati Florida Street untuk bekerja atau sebaliknya. Demikian juga para pebelanja atau para shopper sangat ramai disiang hari, sedangkan pada sore dan malam hari Florida Street menjadi ajang pentas ‘tango’/ tarian dan nyanyi khas Amerika Latin, penyanyi, patung hidup dan lawakan.

Untuk menjangkau Florida Street seperti ditulis diatas biasa juga dengan taxi atau berjalan kaki dari segala sudut kota. Juga mudah dijangkau dengan kereta bawah tanah atau di sini disebut Subte. Ada lima jalur kereta yang berdekatan dengan Florida Street.

Salah satu bis wisata Buenos Aires Bus yang melakukan perjalanan keliling kota juga punya halte pemberhentian di ujung Florida Street. Bus ini adalah bus bertingkat, khusus menjual tiket wisata yang merupakan perusahaan yang sama dengan Sightseeing Bus di Eropa dan Australia. Bus ini juga disebut Hop On Hop Off, dimana bus akan berhenti dan menaikkan penumpang pada tempat-tempat tertentu yang sudah dijadwalkan dalam daftar kunjungan wisata. Tentu saja radiusnya tidak melebihi durasi satu setengah atau dua jam. Harga tiket tour bus ini adalah $ 50. Lima puluh peso Argentina sekitar 200,000 rupiah.

Untuk mengunjungi tempat-tampat terdekat disekitar Florida Street hanya memerlukan waktu yang singkat. Seperti Plaza de Mayo yang merupakan alun-alun Buenos Aires. Plaza de Mayo dibangun untuk mengenang revolusi Argentina pada bulan Mei 1810 yang mana dimulainya proses kemerdekaan dari Spanyol.

Tentu saja jika kunjungan anda cukup waktu hiburan dan tarian khas daesah juga paket makan malam yang menawarkan tarian musik tango ‘Disebut tango dinner'.

Era Baru News >> Wisata >> Pariwisata >> Wisata Jalan La Rambla Barcelona
Wisata Jalan La Rambla Barcelona

Wayan Manuh/ Era Baru Kamis, 29 April 2010

larambla1

Suasana Jalan La Rambla.

La Rambla adalah tempat yang menjadi kunjungan wajib anda jika pergi ke Barcelona. Ini adalah jalan yang paling terkenal di Spanyol bahkan Eropa. Di kedua jalan pejalan kaki ini ada dua ruas jalan sempit untuk kendaraan umum tetapi hanya untuk jalan satu arah.

Justru jalan tengah dimana adalah jalan untuk pejalan kaki hampir tiga kali lipat dari lebar jalan mobil. Jalan ini menjadi indah karena barisan pohon-pohon besar dikedua sisi. Jenis kayu ini adalah pohon ‘plane tree’ yang biasa dipakai naungan untuk taman-taman.

La Ramla bisa diartikan sebagai beberapa jalan pendek, yang masing-masing punya nama dari nama jamaknya Les Rambles. Jalan ini mulai dari Plaça de Catalunya sampai ke pelabuhan. La Rambla pada siang hari menjadi sangat ramai pada puncak-puncak musim liburan. Lebih sering adalah wisatawan yang lebih banyak daripada warga setempat.

Untuk mencapai La rambla yang terkenal itu dari pelabuhan hanya berjarak sekitar beberapa kilometer. Keberadaan La Rambla ini tidak persis berada di pusat kota Barcelona tetapi transportasi termasuk Metro atau kereta api bawah tanah punya stasiun disini.

Pagi itu penulis tiba di La Rambla agak pagi sekitar jam sepuluh. Kota masih berkemas-kemas masih berbenah untuk menyongsong keramaian yang akan segera tiba. Para petugas kebersihan dengan mobil khusus melakukan pembersihan jalan dan pekerjanya tampak menyemprot tegel-tegel yang kotor hingga bersih. Perjalanan mulai dari arah Monumen Columbus dalam bahasa spanyolnya Monumento a colon. Ini merupakan tugu setinggi 60 meter dibangun untuk mengenang Christopher Columbus yang kembali ke Spanyol setelah perjalan terkenalnya pertama ke Amerika.

Disepanjang jalan la Rambla ini kita bisa menikmati keindahan dan keramaian ribuan pejalan kaki yang lalu lalang menikmati aneka koleksi souvenir dan hiburan. Diantara barang-barang yang dijual dipingir jalan ini tidak terbatas pada cindra mata, buku-buku dan pakaian, juga ada penjual bunga segar kaktus hidup bahkan binatang seperti burung piaraan dan kelinci juga di jual disini.

larambla
Yang menghibur para pengunjung adalah seniman jalanan. Mulai dari patung hidup, kelelawar raksasa, pelukis potret sampai pergelaran kebolehan seorang Messi pemain terkenal dari Club FC Barcelona. Tentu saja mereka ini bukan pemain betulan tetapi mereka menyontek cara memainkan bola dengan gaya akrobatik. Ini dilakukan dalam petak kecil di taman dimana orang-orang lalul lalang. Atraksi mereka untuk menarik perhatian pejalan kaki untuk mendapat sedikit rejeki.

Suhu udara cukup dingin diawal April itu sekitar 11°C. Pepohonan masih belum menunjukkan daun-daunnya karena udara belum cukup panas unntuk tumbuh. Menjelang siang cuaca sedikit membaik. Untuk menikmati keindahan kota yang berpenduduk 3 juta ini, ada beberapa atraksi selain La Rambla. Dipenghujung jalan La Rambla adalah Plaça de Catalunya juga merupakan taman yang layak dikunjungi. Dijamin anda tidak perlu jauh-jauh berjalankaki untuk mendapatkan aneka barang mode atau cindera mata karena disepanjang jalan ini baik dari jalan utama atau gang-gangnya semua menyediakan produk khasnya masing-masing.

Masih diseputaran La Rambla jika anda ingin menikmati suasana pasar yang rapi dan bersih, jangan lewatkan Mercat de la Boqueria. Merupakan pasar makanan yang besar mulai dari buah-buahan sayur mayur, daging segar dan daging olahan serta makanan laut bulu babi juga dijual disini. Stan Restoran cepat saji dengan bahan-bahan segar juga ada.

Kita bisa menikmati Barcelona dengan berjalan kaki atau dengan naik bus wisata Barcelona Tour , Barcelona Bus Turistic atau bisa naik sepeda yang banyak ada dikota ini untuk disewakan. Sepeda- sepeda yang dikelola pemerintah ini disebut Bicing. Ini adalah perkembangan atraksi wisata Barcelona berwawasan lingkungan. Ada 100 stasiun sepeda diseluruh kota. Dan pemakaian selama 30 menit pertama gratis. Tentu untuk mengunjungi tempat yang sedikit jauh dari pusat kota ada Metro dengan stasiunnya melewati La Rambla. Misalnya jika anda ingin mengunjungi katedral ternama di Barcelona La Sagrada da Familia (Keluarga Suci), yang dirancang oleh Antoni Gaudi di tahun 1883 dan pembangunannya masih akan terus berlanjut dan diperkirakan akan selesai 2017 nanti
Wisata Kota Tua Valletta

Wayan Manuh/ Era Baru Selasa, 11 Mei 2010

valleta

Kota Valletta.

Valletta adalah ibu kota Negara Malta. Negara kecil yang makmur di Laut Mediterania ini berpenduduk 400,000 jiwa.

Pariwisata merupakan sumber ekonomi penting dari negara ini. Bagaimana tidak, hari ini saja empat kapal pesiar merapat di kota ini. Tentu membuat roda ekonomi berputar.

Ribuan turis dan staf kapal pesiar semua ingin meluangkan waktunya untuk menikmati keunikan dari Valletta ini. Kota yang punya sejarah yang panjang.

Kota ini dikeliligi benteng pengamanan yang tinggi. Benteng yang mengelilingi kota ini di bangun pada abad ke 16. Kata Valletta sendiri di ambil dari nama pahlawan yang memperjuangkan Malta pada era itu yang bernama Jean Parisot Valete. Seorang bangsawan yang bertempur melawan Turk dan Rhodes untuk membela pulau Malta.

Keunikan dari kota ini adalah warna kelabu kekuningan dari hampir semua bangunannya. Warna ini merata karena sebagian besar bangunan dan bebatuan yang dipakai adalah batu karang (limestone). Termasuk tembok-tembok benteng yang tinggi, semuanya di bagun dari batu-batu karang.

Arsitektur kota masih mewarisi arsitektur jaman Malta saat itu yang di pengaruhi oleh kejayaan ke Kristenan. Di hampir seluruh kota-kota Eropa bangunan-bangunan yang paling besar dan tinggi adalah katedral dan Gereja.

Ini melambangkan spiritual masyarakat jaman itu begitu tinggi. Sehingga apapun hal besar yang akan diwariskan pasti berhubungan dengan kemegahan ketuhanan. Dan generasi sekarang sepertinya sebagai penikmat pahala yang mereka bangun saat itu.

Di pinggir dermaga dibangun secara berdampingan arsitektur abad ke 16 bersanding dengan arsitektural modern, dengan café dan restoran serta toko-toko suvenir. Tentu untuk memberikan pelayanan ektra kepada para turis juga tersedia Wi Fi secara gratis.

Cuaca di akhir April yang lumayan dingin di malam hari. Tetapi siang harinya cukup panas. Untuk mencapai Pusat kota yang berpenduduk hanya 6000 an jiwa ini, bisa berjalan kaki atau naik bus dengan harga karcis €1 untuk bepergian bolak-balik kepusat kota yang hanya berjarak 15-20 menit dari Grand Harbour atau pelabuhan.

Suguhan permainan musik tiup dan drum dari sebelas orang pemusik setempat membuat semarak suasana pelabuhan mengiringi perjalanan kami meninggalkan Valetta sore hari itu

Hammarby Sjostad : Kota Berwawasan Lingkungan

Epochtimes Senin, 17 Mei 2010

Stockholm, ibu kota Swedia dinobatkan sebagai ibu kota Green Eropa, sedangkan Kota Hammarby Sjöstad yang terletak di sebelah selatan Kota Stockholm yang dikelilingi gunung dan air dengan lingkungan yang indah dan pengaturan properti yang rapi, maka bisa disebut sebagai suri tauladan terdepan bagi kota berwawasan lingkungan dunia. Para pekerja pelestari lingkungan hidup dari seluruh pelosok dunia berduyun-duyun datang mempelajarinya.

Bagian barat Hammarby adalah danau dan gunung pada bagian tenggaranya, apartemen warga terletak di antara gunung dan danau itu. Pada musim kemarau gunung nampak hijau dan air Danau Turkis, diselingi kicauan burung dan semerbak bunga. Gunung hijau itu pada musim dingin berubah menjadi koridor ski yang dibalut warna putih keperakan dan menyedot para penggemar ski membanjiri tempat tersebut.

Penulis berkesempatan mengunjungi tempat tersebut, meski baru awal musim semi, namun langit biru dan air danau yang jernih terasa menyegarkan dan indah, dengan nyata memperkenalkan panorama kota hijau yang ternyata bukan omong kosong belaka.

Swedia sangat memperhatikan pembangunan berwawasan lingkungan. Di sekeliling Danau Turkis Hammarby yang merupakan wilayah perluasan di selatan Kota Stockholm, sejak 2000 lalu telah didirikan sebuah pemukiman ramah lingkungan paling maju didunia, itulah Hammarby, kota hijau kenamaan.

Selain fasilitas pelayanan yang serba lengkap, juga secara khusus memiliki sebuah pusat pelayanan pelestarian lingkungan hidup, yang bertanggung jawab terhadap keseimbangan sumber daya energi seluruh kota. Di sini sebanyak 50% energi berasal dari pembakaran benda-benda daur ulang.

Malena Karlsson seorang staf bagian pers Kota Hijau Hammarby mengatakan kepada penulis: “Letak keistimewaan Kota Hijau Hammarby secara keseluruhan dirancang dengan baik, kami mengordinasikan penanganan sampah, air dan energi. Sebetulnya hal tersebut sudah sejak lama dilakukan di Swedia, namun di tempat ini kami melakukannya dengan lebih sempurna. Ada berapa sampah dan air yang didaur ulang, itu semua merupakan cara berpikir yang total baru.”

Warga Kota Hammarby semuanya menggunakan kantong sampah yang terbuat dari kulit jagung, dan disediakan gratis oleh pusat pelayanan Hammarby.

Sisa-sisa makanan dan sampah organik dituang ke dalam kantong itu, lalu dibuang ke dalam sistem sirkulasi sampah untuk diproses lebih lanjut. Warga juga mengatur dengan ketat pemilahan sesuai jenis sampah sehari-hari. Setiap apartemen memiliki sebuah sistem daur ulang sampah yang setiap saat bisa ditangani.

Dibanding dengan pusat kota lainnya, di sini terdapat air dan penghijauan yang melimpah dan juga lebih bersih. Kota Hijau Hammarby dewasa ini memiliki 11.000 unit apartemen dan 25.000 penduduk. Apartemen baru sedang dibangun dan proyek sistem pengangkutan bakal dituntaskan pada 2017. Kota ini pernah memperoleh penghargaan kebersihan dunia pada 2007.

Penduduk yang tinggal di Hammarby sangat terbuka. Penulis sempat mewawancarai anak-anak yang sedang bermain, mereka mengatakan, di situ sangat nyaman, terutama pada musim kemarau dengan pemandangannya yang sangat indah, tidak jauh dari danau, di kala matahari bersinar mereka berjalan-jalan diluar.